Rabu, 23 November 2011

JENIS-JENIS PERUBAHAN MAKNA (Semantik)


JENIS-JENIS PERUBAHAN MAKNA

Dari pembicaran mengenai faktor-faktor atau sebab-sebab terjadinya perubahan makna barangkali sudah dapat dilihat ada perubahan yang sifatnya menghalus, ada perubahan yang sifatnya meluas, ada perubahan yang sifatnya menyempit atau mengkhusus, perubahan yang sifatnya yan halus, ada perubahan yang sifatnya mengasar, dan ada pula perubahan yang sifatnya total. Maksudnya, berubah sama sekali dari makna semula.

A.  Meluas (Generalisasi)
Perubahan makna meluas adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata atau leksem yang pada mulanya hanya memiliki sebuah makna, tetapi kemudian karena berbagai faktor menjadi memiliki makna-makna lain. Umpamanya pada kata saudara, pada mulanya hanya bermakna ‘seperut’ atau ‘sekandung’. Kemudian maknanya berkembang menjadi ‘siapa saja yang sepertalian darah’. Akibatnya, anak paman pun disebut saudara.
Proses perluasan makna ini dapat terjadi dalam waktu yang relatif singkat, tetapi dapat terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama. Namun, yang perlu diingat adalah bahwa makna-makna lain yang terjadi sebagai hasil perluasan iu masih berada dalam lingkup poliseminya. Jadi, makna-makna itu masih ada hubungannya dengan makna aslinya.

B.  Menyempit (Spesialisasi)
Perubahan menyempit adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata yang pada mulanya mempunyai makna yang cukup luas, kemudian berubah menjadi terbatas hanya pada sebuah makna saja. Misalnya kata sarjana yang pada mulanya berarti ‘orang pandai’ atau ‘cendikiawan’, kemudian hanya berarti ‘orang yang lulus dari perguruan tinggi’, seperti tampak pada sarjana sastra, sarjana ekonomi, dan sarjana hukum.


C.  Perubahan Total
Perubahan total adalah berubahnya sama sekali makna sebuah kata dari makna aslinya. Memang ada kemungkinan makna yang dimiliki sekarang masih ada sangkut pautnya dengan makna asal, tetapi sangkut pautnya ini tampaknya sudah jauh sekali. Misalkan, kata ceramah yang dulunya berarti 'cerewet', tetapi sekarang kata itu berarti 'pidato' atau 'uraian'.

D.       Penghalusan (Ufemia)
Dalam pembicaraan mengenai penghalusan ini maka akan berhadapan dengan gejala yang ditampilkannya kata-kata atau bentuk-bentuk yang dianggap memiliki makna yang lebih halus atau lebih sopan dari kata atau ujaran sebelumnya. Misalnya pada kata babu diganti dengan pembantu rumah tangga dan kini diganti lagi menjadi pramuwisma.

E.       Pengasaran
Kebalikan dari penghalusan adalah pengasaran (disfemia), yaitu usaha untuk mengganti kata yang maknanya halus atau bermakna biasa dengan kata yang maknanya kasar. Usaha-usaha atau gejala pengasaran ini biasanya dilakukan orang dalam situasi yang tidak ramah atau untuk menunjukkan kejengkelan. Misalnya kata atau ungkapan masuk kotak dipakai untuk menggantikan kata kalah seperti pada kalimat Taufik sudah masuk kotak.

F.       Peninggian (Ameliorasi)
Ameliorasi atau peninggian kata adalah sebuah perubahan makna dimana arti baru dirasakan lebih tinggi atau lebih baik nilai rasanya dari arti yang lama. Misalkan, kata wanita dirasakan lebih tinggi nilai rasanya daripada kata perempuan. Ada juga pada kata pemberian menjadi anugerah.

G.      Pertukaran (Sinestesia)
Sinestesia ialah perubahan makna akibat pertukaran tanggapan dua indera yang berbeda dari indera penglihatan ke indera pendengar, dari indera perasa ke indera pendengar, dan sebagainya.
Contoh:
suaranya terang sekali             (pendengaran penglihatan)
rupanya manis                         (penglihat perasa)
namanya harum                       (pendengar pencium)

H.      Persamaan (asosiasi)
Asosiasi ialah perubahan makna yang terjadi akibat persamaan sifat antara makna lama dan makna baru.
Contoh:
makna lama:                                                                          makna baru:
amplop            : sampul surat                                                  uang sogok
bunga              : kembang                                                        gadis cantik
Mencatut         : mencabut dengan catut                                 menarik keuntungan

I.         Metafora
 Perubahan makna pada sebuah kata yang melukiskan sesuatu dengan perbandingan langsung dan tepat atas dasar sifat yang sama atau hampir sama, tanpa kata pembanding seperti atau sebagai di antara dua hal yang berbeda.
Contoh:
- Raja siang telah pergi keperaduannya. ( raja siang = matahari )
- Dewi malam telah keluar dari balik awan. ( dewi malam = bulan )
- Tulisan cakar ayam itu tidak dapat dibaca. ( cakar ayam = jelek)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar